Bendungan Blancir Berpotensi Jadi Pariwisata Alternatif di Kota Semarang

IKUT MEMERIAHKAN: Ratusan orang ikut memeriahkan Festival Bendungan Blancir Semarang di kawasan Blancir Semarang, kemarin. (Foto/redaksi)

SEMARANG, Titah.ID - Ratusan orang dari tiga wilayah, yakni Kelurahan Plamongansari, Pedurungan Kidul (Kecamatan Pedurungan), Kelurahan Sendangmulyo (Kecamatan Tembalang) dan sekitarnya turut memeriahkan Festival Bendungan Blancir.

Diketahui Festival Bendungan Blancir yang dimeriahkan dengan lomba titik pinang Festival Bendungan Blancir ini berlangsung meriah di kawasan Blancir, Semarang.

Festival Bendungan Blancir Semarang ini sebagai ikhtiar dalam mengangkat potensi pariwisata alternatif di daerah yang menjadi ibukota Provinsi Jateng tersebut.

Uniknya, meski mirip dengan lomba panjat pinang, namun tiang bambu sebagai tempat untuk menggantung hadiah tidak terlalu tinggi.

Peserta tidak memanjat, melainkan diharuskan meniti bambu yang membelah sungai.

Ratusan warga berkumpul di pinggir sungai menyemangati dan menyoraki peserta dengan riuh.

Apalagi jika ada peserta yang terjatuh di sungai saat menyeberangi bilah bambu, keriuhan semakin membuncah.

Ketua Panitia Festival Bendungan Blancir Anto Sulistyo mengatakan konsep awal festival itu sebenarnya untuk menyatukan tiga wilayah yang dulu satu kawasan, namun mengalami pemekaran.

"Dulu wilayah ini satu RT, kemudian pemekaran jadi tiga wilayah, yakni RT 1 masuk Kelurahan Plamongansari, RT 6 Pedurungan Kidul, dan RT 1 Sendangmulyo. Kami satukan agar tetap kompak," katanya, kemarin.

Menurut Anto, Festival Bendungam Blancir sudah berlangsung sejak 1990-an memeriahkan HUT Kemerdekaan RI.

Namun seiring berjalannya waktu saat ini kawasan Blancir Semarang mulai didesain sedemikian rupa sebagai potensi pariwisata alternatif di Kota Semarang.

"Gongnya insya Allah tahun ini dengan kehadiran Wali Kota Semarang dan DPRD. Beliau mendukung untuk memajukan Blancir sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan," imbuhnya.

Anggota DPRD Kota Semarang Dyah Ratna Harimurti menilai potensi Bendungan Blancir untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata alternatif sangat besar, apalagi lokasinya strategis.

"Blancir ada di perbatasan Demak dan Semarang. Banyak orang Demak juga bekerja di Semarang, jalur ini ramai dilewati," katanya.

Tak hanya itu, setiap Senin di lokasi tersebut terdapat Pasar Senen yang tidak kalah ramai sama car free day.

Pemecah Keramaian

Festival Bendung Blancir, kata dia, merupakan salah satu kegiatan yang cukup efektif untuk mengangkat potensi wisata alternatif, dan harus mendapatkan perhatian pemerintah untuk dikembangkan.

"Dinas kebudayaan dan pariwisata sudah juga ke sini, mereka mendukung. Kalau sore di sini ramai. Pemandangannya juga bagus. Kalau dikelola jadi tambah bagus dan perekonomian warga ikut terangkat," katanya.

Dengan menjadi destinasi wisata alternatif, kata Detty, keberadaan Bendungan Blancir nantinya bisa menjadi pemecah keramaian sehingga berdampak pula terhadap pengurangan kemacetan di pusat kota.

Sementara itu Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyampaikan apresiasinya terhadap Festival Bendungan Blancir yang diharapkan bisa menjadi salah satu upaya mengangkat potensi wisata kawasan tersebut.

Dengan adanya Bendungan Blancir sebagai destinasi wisata, kata Ita, sapaan akrab Hevearita, masyarakat Kota Semarang memiliki banyak referensi tempat-tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Salah satu warga, Novia Nur Anisa mengapresiasi terselenggaranya Festival Bendungan Blancir Semarang tersebut.

Terlebih anak Novia Nur Anisa, Kiana Alfan Alfarizi yang masih duduk di bangku sekolah dasar menjadi salah peserta yang berhasil melewati bilah bambu tersebut.

"Alhamdulillah ikut senang anak dapat hadiah mesin cuci, setelah berhasil melewati bilah bambu yang begitu licin. Semoga acara ini ke depannya tetap berlangsung karena menambah keguyuban warga," katanya. (RFS-)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama